RESIK berawal dari tugas mata kuliah Integrated Business Experience (IBE) yang mengharuskan mahasiswa merencanakan dan menjalankan bisnis selama dua semester. Proyek ini tidak hanya dijadikan sebagai tugas akademis, tetapi menjadi sarana bagi mahasiswa terjun langsung dalam dunia bisnis dan memberikan kontribusi nyata.
Sabun dipilih sebagai produk utama setelah melalui beberapa tahap seleksi industri dan analisis peluang pasar. Meskipun industri (Fast Moving Consumer Goods) FMCG sudah banyak dihuni berbagai produk sabun artisan, RESIK ingin berkontribusi menjawab permasalahan sampah plastik dari hal yang sederhana, serta melihat peluang untuk memperkenalkan sabun batang eco-friendly dengan konsep budaya Indonesia yang unik. Dengan menghadirkan sabun batang bahan ramah lingkungan, RESIK berupaya mengajak konsumen mulai menerapkan pola hidup ramah lingkungan yang berkelanjutan.
Setelah melewati berbagai trial and error, tim RESIK berpendapat bahwa menyelamatkan bumi terkesan seperti misi yang besar, maka mereka ingin pembeli dan #KawanResik memulai dari tanah yang mereka tapaki, yaitu Indonesia. Nama “RESIK” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti bersih, mencerminkan komitmen mereka terhadap kebersihan dan keberlanjutan. Setiap produk bukan hanya sekadar sabun, tetapi juga membawa cerita dan filosofi yang mendalam, meningkatkan kesadaran akan keindahan dan budaya Indonesia.
Produk pertama mereka, Line Folklore, terinspirasi dari berbagai cerita rakyat Indonesia. Menampilkan varian seperti: Kanjeng Ratu, Sepenggal Surga, Kalung Putri Raja, dan Arjuna Soko Wetan. Sementara itu, produk kedua, Spices, terinspirasi dari lanskap Indonesia. Menampilkan varian seperti: Kopi Toraja, Teh Sumadra, Jeruk Kintamani, dan Kelor Timur.
Selain mengikuti Ganesha Business Fest 2024, RESIK aktif mengadakan acara seperti “Rama-Shinta Intimate Workshop: Valentine Clay Day”, yang digelar Selasa (14/2/2024).
”Workshop ini dihadiri oleh 10 pasangan yang membuat tatakan sabun dari air-dry clay. Dengan diadakannya workshop ini, diharapkan dapat menambah value kita, karena engage langsung dengan audience dan meningkatkan RESIK brand awareness. Di sini, RESIK juga berkolaborasi dengan Alima Hasna, mahasiswa Prodi Kriya FSRD ITB sebagai instruktur workshop,” ujar Chief Marketing Officer (CMO) RESIK, Adinda Larasati.
Selain workshop, RESIK pernah melakukan kolaborasi dengan Zaki Pratama, mahasiswa Prodi Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Seni Rupa dan Desain (FRSD) ITB untuk membuat komik cerita rakyat, dan produk varian Folklore, tertera di bagian belakang komik.
“Komik ini digunakan sebagai wadah edukasi tentang budaya di Indonesia dan entertaining the customer dengan 6 panel komik cerita rakyat,” ujar Adinda
Membangun bisnis di tengah kesibukan akademis menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi tim RESIK. Namun tantangan tersebut terbayarkan karena RESIK berhasil menjual lebih dari 150 produk di Ganesha Business Fest 2024 (GBF). Hal tersebut tidak lepas dari strategi penempatan booth yang strategis dan kemampuan seluruh anggota tim menjelaskan produk kepada pelanggan. Pendekatan ini berhasil menghindari hard selling dan membuat pelanggan membeli dengan kesadaran penuh akan nilai produk.
Melalui RESIK, tim berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi plastik dalam aktivitas sehari-hari. Meskipun langkah kecil seperti mengganti sabun tampak sepele, dampaknya bisa sangat signifikan jika dilakukan secara kolektif.
Untuk mereka yang tertarik merintis usaha, tim RESIK berbagi beberapa tip yang dapat diimplementasikan.
“Do’s-nya adalah find the right target market and brace to stand out. Setelah mendapatkan target pasar yang sesuai, kita bisa menghadirkan branding yang berbeda dari kompetitor yang lain. Don’ts-nya adalah takut untuk mencoba. It’s unpredictable if you never tried. Jangan takut dengan trial and error,” ujar Chief Executive Officer (CEO) RESIK, Nafisah Kidung Rembulan.
Reporter: Nattaya Putri Syailendra (Rekayasa Kehutanan, 2022)
link